cerita di bawah ini adalah tulisan saya sekitar 4 tahun lalu yang saya dapat saat iseng bongkar2 file hardisk. tidak ada maksud apa-apa, hanya ingin berbagi cerita. mohon maaf bila ada kekurangan di dalamnya.
Pernak-Pernik
dari Belantara Kalimantan
Sintang... tak pernah terbayangkan di benak
saya akan keberadaan kota ini, apalagi tinggal di dalamnya... Tau klo ada kota bernama Sintang pun baru kali
ini mendengar setelah menerima SK penugasan GM per tanggal 27 Oktober 2011. Yang
jelas sepengetahuan saya, Kalimantan merupakan pulau dengan Hutan rimba
terluas di Indonesia dan konon dijuluki sebagai paru-paru dunia. Dalam SK penugasan,
saya dipercaya untuk membentuk dan mengelola sebuah organisasi yang bernama
Tim Supervisi Konstruksi Proyek PLTU Sintang – Kalbar. Shock, kaget, sedih,
tidak percaya dan takut seakan membaur bak mix design jadi satu dalam benak. Jangankan mengelola sebuah tim, mengerjakan administrasi dan keuangan
perkantoran pun seakan tak akan pernah terpikir untuk menyentuhnya. Shock,
kaget dan tidak percaya muncul karena saya merasa selama ini tidak ada
prestasi yang berarti, yang ada malah menjadi beban buat instansi. Merasa takut
karena kepercayaan yang diberikan begitu besar, sehingga saya berfikir
bagaimana nanti kalau ternyata manajemen memberikan kepercayaan ke orang yang
salah. Tapi sudahlah, mau bagaimana lagi.. SK sudah ditangan. saya
menganggap ini sebuah tantangan babak baru dunia pekerjaan, lembar baru
kehidupan dan kesempatan untuk membuktikan klo saya tidak seperti pegawai
yang tadi dan berharap kepercayaan yang diberikan tidak sia-sia.
Kembali ke awal, setelah menerima SK
Penempatan, saya langsung mencari informasi segala sesuatu tentang kota ini.
Untungnya kita skrg hidup di zaman serba mudah, tinggal ketik “Sintang” mesin
pencari Google langsung membeberkan segala sesuatu tentang Sintang. Ternyata
setelah klik sana-sini, akhirnya ada gambaran sedikit mengenai kota ini.
Sintang, adalah ibukota kabupaten sintang, Kalimantan Barat yang bisa dibilang
cukup ramai untuk ukurang kabupaten. Terletak di tengah pulau Kalimantan, yang
berjarak + 240 KM dari ibukota propinsi Kalimantan Barat Pontianak.
Menurut informasi pun sintang dapat ditempuh dengan pesawat selama 40 menit
dari Pontianak. Saya pun segera mencari tiket pesawat Jakarta-pontianak
dan pontianak-sintang. Namun rute ini
(ptk-stg dan sebaliknya) agak susah karena hanya dilayani satu maskapai dan
satu pesawat bernama Kalstar dan jadwalnya pun tidak menentu.
Setelah cukup berkoordinasi dengan kantor
induk PLN JMK dan mencari segala sesuatu tentang keaadaan dan kondisi proyek PLTU
Sintang, akhirnya saya pun berangkat menuju Pontianak meninggalkan anak
istri di Kampung halaman Makassar untuk sementara, walaupun berat (sangat
berat) tapi penulis menganggap ini merupakan resiko pekerjaan yang harus
diterima dan kami percaya bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya
(Amiin...). Tiba sekitar jam 14.00 Dari pontianak tanpa menginap penulis langsung
mencari informasi ke supir taksi mengenai perjalanan darat ke Sintang yang
akhirnya mengarahkan saya untuk menggunakan Taksi (begitu orang lokal
menyebutnya) yang ternyata mobil toyota Innova. Taksi ini berangkat dari
pontianak menuju Sintang jam 17.00 sesuai jadwalnya.
Ironis “maaf”, itu yang dapat saya katakan
ketika sepanjang perjalanan ternyata bukan hutan lebat dan hijau yang terihat
seperti dalam benak saya, melainkan kalimantan yang sudah tandus, panas dan
kurang perhatian akibat bertahun-tahun bahkan mungkin beberapa dekade dieksploitasi.
Yang terlihat hanya ladang luas, yang kebanyakan kebun kelapa sawit, kebun
karet dan pohon-pohon kecil, bahkan banyak pohon sawit yang sudah tidak produktif atau sudah mati ditinggalkan begitu saja. Hanya beberapa pohon besar yang tertinggal yang
umurnya sudah ratusan tahun, itupun bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat beberapa kali naik pesawat (ptk-stg) lebih sedih lagi melihat
dari udara sejauh mata memandang hanya petak-petak lahan yang merupakan milik pengusaha
satu dengan yang lainnya, banyak juga lahan rusak di pinggiran suangi akibat
penambangan emas liar. hutan kalimantan yang konon merupakan paru-paru dunia seakan
tidak pantas lagi disebut demikian. Yah... tidak banyak bahkan tidak ada yang penulis
bisa lakukan selain menyaksikan kehilangan yang begitu besar terhadap hutan
Kalimantan. Mudah-mudahan jadi “major
pending items” kita semua terutama
yang pihak terkait untuk mengembalikan hutan kalimantan yang pernah kita
banggakan.
Lanjut ke perjalanan tadi, hal yang paling terasa saat perjalanan
darat adalah guncangan akibat kondisi jalan yang rusak parah di hampir stengah
perjalanan. Sempat cerita dengan supir yang katanya sebenarnya ke sintang hanya
butuh 4-5 jam, namun karena kondisi jalan rusak begini maka perjalanan akhirnya
ditempuh selama 9-10 jam. Luar biasa.... Sungguh merupakan pemborosan waktu dan
biaya yang sangat besar. rasanya malu mengumandangkan pancasila sila ke-2 saat berada di kalimantan barat. yang paling ironis adalah biaya hidup di pontianak sangat berbeda dengan di kabupaten sintang, bahkan sanggau yang terletak ditengah2 pontianak dan sintang. jadi saat jalan melalui darat keluar dari kota pontianak menuju sanggau maka rasanya seperti dari jawa ke papua.
Itulah sekilas pengalaman penulis tentang
perjalanan pertama kali ke Sintang. 8 bulan sudah berlalu, sekarang penulis
sudah betul-betul menjalani pekerjaan sebagai Ketua Tim Supervisi Konstruksi
(KTSK) PLTU Sintang. Administrasi, keuangan, operasional, kepemimpinan, semua
dijalani. Administrasi maupun keuangan memang
njelimet (rumit), namun semakin lama makin terbiasa dan terbiasa walaupun
banyak diperlukan konsultasi, penyesuaian, dan koordinasi sana-sini, tapi jaman
sekarang (hari gini)... cari di internet atau tinggal menelpon ahlinya di
Kantor unit jakarta maupun JMK induk
Jakarta, semua tersolusikan. Namun hal yang paling menantang menurut penulis
adalah Kepemimpinan. Dulu saat jadi
bawahan rasanya betul-betul santai, resiko bisa dibilang tidak ada, pokoknya
tinggal kerja, buat laporan, pulang dan tidur dengan tenang, ada unek-unek
tinggal disampaikan ke atasan dan menunggu hasilnya. Terima beres deh.... apalagi
kalau melihat ada kekurangan sedikit pada atasan, huh rasanya seperti pegawai yang
sempurna lah. Yang jelas, tinggal nikmati aja hidup seperti yang diceritakan di
awal, pergi pagi pulang sore akhir bulan tunggu gajian. Apalagi dengan
tanggungan istri dan seorang anak pada waktu itu, yang penting kebutuhan sehari-hari
terpenuhi rasanya sudah lebih dari cukup. Ternyata.... itu semua tidak berlaku kalau kita berada
diposisi sebaliknya, segala macam permasalahan pegawai, keuangan, keluarga,
sosial, sampai psikologi harus dapat kita mediasi dan sebisa mungkin diselesaikan.
Tegas dan Adil saja tidak cukup, karena yang kita hadapi adalah tingkat masalah
yang berbeda-beda. Ada yang sarjana yang bisa jadi lebih pintar atau lebih
cerdas dari kita, ada yang hanya tamat STM, ada yang bujang dan ada yang
berkeluarga, laki-laki, perempuan. Yang bujang pun berbeda-beda, ada yang
bujang segar, ada bujang yang sudah matang dan ada juga bujang yang “maaf”
sudah was-was. Apalagi yang berkeluarga, lebih pelik lagi tingkat masalahnya.
Ada yg keluarga 1 anak, ada yang 2 anak, dan “skali lagi maaf’ belum
dikaruniai, lalu ada yg keluarganya jauh, dekat, jauh skali. Masing-masing
mempunyai masalah yang berbeda-beda. Sungguh pekerjaan rumah yang tidak bisa
diselesaikan dalam satu dua hari bahkan setahun skalipun. Harus slalu ada
penyesuaian. Intinya dari pengalaman penulis yang masih seumur toge menjadi pemimpin, menghadapi
pegawai/bawahan memerlukan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Ada pendapat
bahwa solusi terbaik adalah mendahulukan kepentingan orang banyak walaupun
harus korbankan 1-2 orang. Tapi bagi saya sebisa mungkin tidak merugikan
semuanya, karena penulis percaya semua masalah bisa diselesaikan. Namun, beda
kepala beda pula cara penyelsaiaannya, selesaikan dengan cara masing-masing.
Apalagi di tingkat TSK yang hanya terdiri dari beberapa orang. Bagaimanapun harus
ada beda perlakuan, karena permasalahan yang timbul di dalam keluarga sungguh
sangat kompleks dibanding yang masih bujang (jadi curhat). Apalagi kebetulan pegawai
yang berkeluarga di TSK Sintang berjumlah 3 orang (termasuk penulis) kompak tidak
ada yang membawa serta anak dan istri (maaf kami tidak janjian) Sampai tulisan
ini selesai pun, menyelesaikan masalah masih menjadi pekerjaan rumah yang terus
dicarikan solusi yang baik (bukan terbaik) buat semua orang. Ini baru skala
kecil di tingkat TSK, bagaimana dengan setingkat di atasnya, apalagi kalau sudah tingkat
Unit Induk, maaf kami tidak berani lagi meneruskan karena sudah takut untuk
membayangkan.
TIM PLN
JMK PLTU SINTANG. Dari Ki-Ka (Harie-Spv. Mek,
Firdaus-spv.sip, Lilik-UIP, Saya, Sigit-UIP, Tomy-Driver, Ichsan-spv.mek,
Khalimi-spv.sip)
Melalui tulisan ini, penulis ingin
menyampaikan bahwa Komunikasi dan
Keterbukaan adalah unsur sangat penting dalam membangun sebuah Tim. Penyelesaian
masalah dibedakan menurut porsinya dan dikomunikasikan ke semua anggota. Buat
kami, adil bukan berarti sama rata, tapi sesuaikan porsinya. Selalu mengajak
komunikasi semua anggota mulai dari yang OB, driver, sampai koordinator merupakan
cara yang efektif agar mereka terbuka sama kita. Tidak selalu membicarakan
masalah kantor, bahkan sampai keadaan orang tua driver pun kadang penulis
tanyakan. Terkadang mendengarkan keluhan mereka pun merupakan “sesuatu” banget
buat mereka walaupun kita tidak bisa membantu menyelesaikan. Sebisa mungkin
selalu mengadakan rapat internal dan mengajak semua anggota untuk mengutarakan
unek-unek, pendapat, masukan maupun kritikan. Hargai semua pendapat dan
selesaikan masalah satu-persatu. Bangun sebuah media untuk mewadahi komunikasi, kebetulan atas inisiatif salah satu teman kami (mas Harrie) untuk mendirikan koperasi. Koperasi merupakan salah satu media pemersatu tim yang penulis anggap sangat efektif.
Melalui koperasi kami belajar mengelola keuangan mandiri melibatkan semua
pegawai tanpa terkecuali dan dengan koperasi pula kami jadi semakin terbuka
satu sama lain. Masih banyak media lain yang dapat mempererat tim, misalnya
seminggu atau sebualn sekali refreshing ke tempat wisata, olahraga rutin atau bagaimanapun
bentuknya yang dapat melibatkan semuanya. Namun satu yang penulis yakini yaitu “keberhasilan
sebuah organisasi tidak selalu ditentukan oleh pimpinan melainkan bagaimana
melibatkan setiap insan dalam menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi”. Seorang
staff skalipun mampu membuat tim jadi solid. Namun jujur, sampai sekarang pun
penulis terus belajar dan berusaha bagaimana membangun komunikasi tim yang baik.
Penulis merasa modal dan pengalaman yang dimiliki dirasa sangat minim bahkan
bisa dikatakan “NIL” untuk memimpin dan mengelola sebuah tim. Apalagi setelah
menerima SK penugasan tidak ada pembekalan sama sekali sebelumnya. Namun
bagaimanapun penulis bersyukur dengan kepercayaan ini penulis akhirnya banyak
mendapat pelajaran, masukan dari teman-teman yang sudah dipercaya sebelumnya
menjadi KTSK. Terimakasih sedalam-dalamnya kepada teman-teman yang banyak
membantu, “keep in touch” dan jangan bosan-bosan untuk ditanya.
Oiya, cerita sedikit mengenai saya pribadi (walaupun ga penting2 amat).
Sebelumnya anak dan istri selalu penulis ajak untuk tinggal di daerah
penempatan, namun pada saat terima SK penugasan Sintang dan mengetahui kondisi
perjalanan ke Sintang akhirnya kami sepakat untuk tidak mengikut sertakan anak
istri sampai ke Sintang, melainkan cukup sampai di Pontianak. Kami khawatir
dengan kandungan istri yang telah memasuki usia tua. Jadi, hanya seminggu
sekali penulis mengunjungi istri dan anak. Selama 4 bulan kami tinggal di rumah
kontrakan. Rencananya kelahiran anak kedua di pontianak, namun karena tidak ada
sanak family di pontianak akhirnya sebulan sebelum rencana kelahiran, saya
membawa istri kembali ke kampung halaman di makassar. Dengan begitu istri bisa
lebih terjamin dan saya juga bisa lebih tenang bekerja karena kedua keluarga
kami berada di satu kota, Makassar.
Akhrnya, demikian cerita, unek-unek, masukan
dan pernak-pernik dari Sintang, yang gosipnya nanti menjadi ibukota
propinsi Kapuas Raya yang kabarnya akan dimekarkan dari Kalimantan Barat. Masih
banyak cerita unik mengenai proyek, hubungan dengan Owner, dengan Kontraktor
yang kali ini penuh tantangan, namun saya khawatir satu majalah pun akan
tidak cukup memuat semuanya (maaf becanda). Mudah-mudahan dilain kesempatan
akan dilanjutkan. Sekian dulu, smoga bermanfaatnya. Kiranya kalau ada kesalahan
penulisan atau kekurangan dalam penyampaian, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Salam hormat dan salut kepada semua pimpinan, para Manajer terutama
GM pak Eddy Pamostang Manik yang telah mempercayakan tanggung jawab sebagai
KTSK kepada saya, semoga ini menjadi pembelajaran dan pengembangan bagi penulis
kedepan dan teman-teman lainnya. Amin...
Sintang,
26 Juli 2012
Mursalim