Selasa, 23 Agustus 2016

Sintang - Kalimantan Barat



cerita di bawah ini adalah tulisan saya sekitar 4 tahun lalu yang saya dapat saat iseng bongkar2 file hardisk. tidak ada maksud apa-apa, hanya ingin berbagi cerita. mohon maaf bila ada kekurangan di dalamnya.

Pernak-Pernik dari Belantara Kalimantan
  
Sintang... tak pernah terbayangkan di benak saya akan keberadaan kota ini, apalagi tinggal di dalamnya... Tau klo ada kota bernama Sintang pun baru kali ini mendengar setelah menerima SK penugasan GM per tanggal 27 Oktober 2011. Yang jelas sepengetahuan saya, Kalimantan merupakan pulau dengan Hutan rimba terluas di Indonesia dan konon dijuluki sebagai paru-paru dunia. Dalam SK penugasan, saya dipercaya untuk membentuk dan mengelola sebuah organisasi yang bernama Tim Supervisi Konstruksi Proyek PLTU Sintang – Kalbar. Shock, kaget, sedih, tidak percaya dan takut seakan membaur bak mix design jadi satu dalam benak. Jangankan mengelola sebuah tim, mengerjakan administrasi dan keuangan perkantoran pun seakan tak akan pernah terpikir untuk menyentuhnya. Shock, kaget dan tidak percaya muncul karena saya merasa selama ini tidak ada prestasi yang berarti, yang ada malah menjadi beban buat instansi. Merasa takut karena kepercayaan yang diberikan begitu besar, sehingga saya berfikir bagaimana nanti kalau ternyata manajemen memberikan kepercayaan ke orang yang salah. Tapi sudahlah, mau bagaimana lagi.. SK sudah ditangan. saya menganggap ini sebuah tantangan babak baru dunia pekerjaan, lembar baru kehidupan dan kesempatan untuk membuktikan klo saya tidak seperti pegawai yang tadi dan berharap kepercayaan yang diberikan tidak sia-sia.

Kembali ke awal, setelah menerima SK Penempatan, saya langsung mencari informasi segala sesuatu tentang kota ini. Untungnya kita skrg hidup di zaman serba mudah, tinggal ketik “Sintang” mesin pencari Google langsung membeberkan segala sesuatu tentang Sintang. Ternyata setelah klik sana-sini, akhirnya ada gambaran sedikit mengenai kota ini. Sintang, adalah ibukota kabupaten sintang, Kalimantan Barat yang bisa dibilang cukup ramai untuk ukurang kabupaten. Terletak di tengah pulau Kalimantan, yang berjarak + 240 KM dari ibukota propinsi Kalimantan Barat Pontianak. Menurut informasi pun sintang dapat ditempuh dengan pesawat selama 40 menit dari Pontianak. Saya pun segera mencari tiket pesawat Jakarta-pontianak dan  pontianak-sintang. Namun rute ini (ptk-stg dan sebaliknya) agak susah karena hanya dilayani satu maskapai dan satu pesawat bernama Kalstar dan jadwalnya pun tidak menentu.

Setelah cukup berkoordinasi dengan kantor induk PLN JMK dan mencari segala sesuatu tentang keaadaan dan kondisi proyek PLTU Sintang, akhirnya saya pun berangkat menuju Pontianak meninggalkan anak istri di Kampung halaman Makassar untuk sementara, walaupun berat (sangat berat) tapi penulis menganggap ini merupakan resiko pekerjaan yang harus diterima dan kami percaya bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya (Amiin...). Tiba sekitar jam 14.00 Dari pontianak tanpa menginap penulis langsung mencari informasi ke supir taksi mengenai perjalanan darat ke Sintang yang akhirnya mengarahkan saya untuk menggunakan Taksi (begitu orang lokal menyebutnya) yang ternyata mobil toyota Innova. Taksi ini berangkat dari pontianak menuju Sintang jam 17.00 sesuai jadwalnya.

Ironis “maaf”, itu yang dapat saya katakan ketika sepanjang perjalanan ternyata bukan hutan lebat dan hijau yang terihat seperti dalam benak saya, melainkan kalimantan yang sudah tandus, panas dan kurang perhatian akibat bertahun-tahun bahkan mungkin beberapa dekade dieksploitasi. Yang terlihat hanya ladang luas, yang kebanyakan kebun kelapa sawit, kebun karet dan pohon-pohon kecil, bahkan banyak pohon sawit yang sudah tidak produktif atau sudah mati ditinggalkan begitu saja. Hanya beberapa pohon besar yang tertinggal yang umurnya sudah ratusan tahun, itupun bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat beberapa kali naik pesawat (ptk-stg) lebih sedih lagi melihat dari udara sejauh mata memandang hanya petak-petak lahan yang merupakan milik pengusaha satu dengan yang lainnya, banyak juga lahan rusak di pinggiran suangi akibat penambangan emas liar. hutan kalimantan yang konon merupakan paru-paru dunia seakan tidak pantas lagi disebut demikian. Yah... tidak banyak bahkan tidak ada yang penulis bisa lakukan selain menyaksikan kehilangan yang begitu besar terhadap hutan Kalimantan. Mudah-mudahan jadi “major pending items” kita semua terutama yang pihak terkait untuk mengembalikan hutan kalimantan yang pernah kita banggakan. 
Lanjut ke perjalanan tadi, hal yang paling terasa saat perjalanan darat adalah guncangan akibat kondisi jalan yang rusak parah di hampir stengah perjalanan. Sempat cerita dengan supir yang katanya sebenarnya ke sintang hanya butuh 4-5 jam, namun karena kondisi jalan rusak begini maka perjalanan akhirnya ditempuh selama 9-10 jam. Luar biasa.... Sungguh merupakan pemborosan waktu dan biaya yang sangat besar. rasanya malu mengumandangkan pancasila sila ke-2 saat berada di kalimantan barat. yang paling ironis adalah biaya hidup di pontianak sangat berbeda dengan di kabupaten sintang, bahkan sanggau yang terletak ditengah2 pontianak dan sintang. jadi saat jalan melalui darat keluar dari kota pontianak menuju sanggau maka rasanya seperti dari jawa ke papua.

Itulah sekilas pengalaman penulis tentang perjalanan pertama kali ke Sintang. 8 bulan sudah berlalu, sekarang penulis sudah betul-betul menjalani pekerjaan sebagai Ketua Tim Supervisi Konstruksi (KTSK) PLTU Sintang. Administrasi, keuangan, operasional, kepemimpinan, semua dijalani.  Administrasi maupun keuangan memang njelimet (rumit), namun semakin lama makin terbiasa dan terbiasa walaupun banyak diperlukan konsultasi, penyesuaian, dan koordinasi sana-sini, tapi jaman sekarang (hari gini)... cari di internet atau tinggal menelpon ahlinya di Kantor unit jakarta maupun JMK induk Jakarta, semua tersolusikan. Namun hal yang paling menantang menurut penulis adalah Kepemimpinan. Dulu saat jadi bawahan rasanya betul-betul santai, resiko bisa dibilang tidak ada, pokoknya tinggal kerja, buat laporan, pulang dan tidur dengan tenang, ada unek-unek tinggal disampaikan ke atasan dan menunggu hasilnya. Terima beres deh.... apalagi kalau melihat ada kekurangan sedikit pada atasan, huh rasanya seperti pegawai yang sempurna lah. Yang jelas, tinggal nikmati aja hidup seperti yang diceritakan di awal, pergi pagi pulang sore akhir bulan tunggu gajian. Apalagi dengan tanggungan istri dan seorang anak pada waktu itu, yang penting kebutuhan sehari-hari terpenuhi rasanya sudah lebih dari cukup. Ternyata.... itu semua tidak berlaku kalau kita berada diposisi sebaliknya, segala macam permasalahan pegawai, keuangan, keluarga, sosial, sampai psikologi harus dapat kita mediasi dan sebisa mungkin diselesaikan. Tegas dan Adil saja tidak cukup, karena yang kita hadapi adalah tingkat masalah yang berbeda-beda. Ada yang sarjana yang bisa jadi lebih pintar atau lebih cerdas dari kita, ada yang hanya tamat STM, ada yang bujang dan ada yang berkeluarga, laki-laki, perempuan. Yang bujang pun berbeda-beda, ada yang bujang segar, ada bujang yang sudah matang dan ada juga bujang yang “maaf” sudah was-was. Apalagi yang berkeluarga, lebih pelik lagi tingkat masalahnya. Ada yg keluarga 1 anak, ada yang 2 anak, dan “skali lagi maaf’ belum dikaruniai, lalu ada yg keluarganya jauh, dekat, jauh skali. Masing-masing mempunyai masalah yang berbeda-beda. Sungguh pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikan dalam satu dua hari bahkan setahun skalipun. Harus slalu ada penyesuaian. Intinya dari pengalaman penulis yang masih seumur toge menjadi pemimpin, menghadapi pegawai/bawahan memerlukan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Ada pendapat bahwa solusi terbaik adalah mendahulukan kepentingan orang banyak walaupun harus korbankan 1-2 orang. Tapi bagi saya sebisa mungkin tidak merugikan semuanya, karena penulis percaya semua masalah bisa diselesaikan. Namun, beda kepala beda pula cara penyelsaiaannya, selesaikan dengan cara masing-masing. Apalagi di tingkat TSK yang hanya terdiri dari beberapa orang. Bagaimanapun harus ada beda perlakuan, karena permasalahan yang timbul di dalam keluarga sungguh sangat kompleks dibanding yang masih bujang (jadi curhat). Apalagi kebetulan pegawai yang berkeluarga di TSK Sintang berjumlah 3 orang (termasuk penulis) kompak tidak ada yang membawa serta anak dan istri (maaf kami tidak janjian) Sampai tulisan ini selesai pun, menyelesaikan masalah masih menjadi pekerjaan rumah yang terus dicarikan solusi yang baik (bukan terbaik) buat semua orang. Ini baru skala kecil di tingkat TSK, bagaimana dengan setingkat di atasnya, apalagi kalau sudah tingkat Unit Induk, maaf kami tidak berani lagi meneruskan karena sudah takut untuk membayangkan.




TIM PLN JMK PLTU SINTANG. Dari Ki-Ka (Harie-Spv. Mek, Firdaus-spv.sip, Lilik-UIP, Saya, Sigit-UIP, Tomy-Driver, Ichsan-spv.mek, Khalimi-spv.sip)


Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa Komunikasi dan Keterbukaan adalah unsur sangat penting dalam membangun sebuah Tim. Penyelesaian masalah dibedakan menurut porsinya dan dikomunikasikan ke semua anggota. Buat kami, adil bukan berarti sama rata, tapi sesuaikan porsinya. Selalu mengajak komunikasi semua anggota mulai dari yang OB, driver, sampai koordinator merupakan cara yang efektif agar mereka terbuka sama kita. Tidak selalu membicarakan masalah kantor, bahkan sampai keadaan orang tua driver pun kadang penulis tanyakan. Terkadang mendengarkan keluhan mereka pun merupakan “sesuatu” banget buat mereka walaupun kita tidak bisa membantu menyelesaikan. Sebisa mungkin selalu mengadakan rapat internal dan mengajak semua anggota untuk mengutarakan unek-unek, pendapat, masukan maupun kritikan. Hargai semua pendapat dan selesaikan masalah satu-persatu. Bangun sebuah media untuk mewadahi komunikasi, kebetulan atas inisiatif salah satu teman kami (mas Harrie) untuk mendirikan koperasi. Koperasi merupakan salah satu media pemersatu tim yang penulis anggap sangat efektif. Melalui koperasi kami belajar mengelola keuangan mandiri melibatkan semua pegawai tanpa terkecuali dan dengan koperasi pula kami jadi semakin terbuka satu sama lain. Masih banyak media lain yang dapat mempererat tim, misalnya seminggu atau sebualn sekali refreshing ke tempat wisata, olahraga rutin atau bagaimanapun bentuknya yang dapat melibatkan semuanya. Namun satu yang penulis yakini yaitu “keberhasilan sebuah organisasi tidak selalu ditentukan oleh pimpinan melainkan bagaimana melibatkan setiap insan dalam menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi”. Seorang staff skalipun mampu membuat tim jadi solid. Namun jujur, sampai sekarang pun penulis terus belajar dan berusaha bagaimana membangun komunikasi tim yang baik. Penulis merasa modal dan pengalaman yang dimiliki dirasa sangat minim bahkan bisa dikatakan “NIL” untuk memimpin dan mengelola sebuah tim. Apalagi setelah menerima SK penugasan tidak ada pembekalan sama sekali sebelumnya. Namun bagaimanapun penulis bersyukur dengan kepercayaan ini penulis akhirnya banyak mendapat pelajaran, masukan dari teman-teman yang sudah dipercaya sebelumnya menjadi KTSK. Terimakasih sedalam-dalamnya kepada teman-teman yang banyak membantu, “keep in touch” dan jangan bosan-bosan untuk ditanya.

Oiya, cerita sedikit mengenai saya pribadi (walaupun ga penting2 amat). Sebelumnya anak dan istri selalu penulis ajak untuk tinggal di daerah penempatan, namun pada saat terima SK penugasan Sintang dan mengetahui kondisi perjalanan ke Sintang akhirnya kami sepakat untuk tidak mengikut sertakan anak istri sampai ke Sintang, melainkan cukup sampai di Pontianak. Kami khawatir dengan kandungan istri yang telah memasuki usia tua. Jadi, hanya seminggu sekali penulis mengunjungi istri dan anak. Selama 4 bulan kami tinggal di rumah kontrakan. Rencananya kelahiran anak kedua di pontianak, namun karena tidak ada sanak family di pontianak akhirnya sebulan sebelum rencana kelahiran, saya membawa istri kembali ke kampung halaman di makassar. Dengan begitu istri bisa lebih terjamin dan saya juga bisa lebih tenang bekerja karena kedua keluarga kami berada di satu kota, Makassar.

Akhrnya, demikian cerita, unek-unek, masukan dan pernak-pernik dari Sintang, yang gosipnya nanti menjadi ibukota propinsi Kapuas Raya yang kabarnya akan dimekarkan dari Kalimantan Barat. Masih banyak cerita unik mengenai proyek, hubungan dengan Owner, dengan Kontraktor yang kali ini penuh tantangan, namun saya khawatir satu majalah pun akan tidak cukup memuat semuanya (maaf becanda). Mudah-mudahan dilain kesempatan akan dilanjutkan. Sekian dulu, smoga bermanfaatnya. Kiranya kalau ada kesalahan penulisan atau kekurangan dalam penyampaian, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Salam hormat dan salut kepada semua pimpinan, para Manajer terutama GM pak Eddy Pamostang Manik yang telah mempercayakan tanggung jawab sebagai KTSK kepada saya, semoga ini menjadi pembelajaran dan pengembangan bagi penulis kedepan dan teman-teman lainnya. Amin...
Sintang, 26 Juli 2012
Mursalim

1 komentar: